Jurnal edisi aini dimulai dengan tulisan Hardi Alunaza, Moh Sarifudin dan Dini Septyana Rahayu yang mengeksplorasi kerjasama Indonesia dan Tiongkok pada era Presiden Joko Widodo. Menggunakan teori liberalisme interdependensi dan model keamanan baru Tiongkok sebagai kerangka analisis, penulis meletakkan isu maritim sebagai titik temu representasi dua kepentingan negara yaitu Global Maritime Fulcrum (GMF) dan Maritime Silk Road (MSR).

Artikel kedua mengenai Asian Highway Network sebagai perjanjian kerjasama antara Asia dan Eropa dalam transportasi dibahas di bawah payung kepentingan nasional dan politik luar negeri Indonesia oleh Gita Karisma, Agus Hadiawan dan Gita Paramita Djausal. Pelbagai keberhasilan dan tantangan dari program ini dipaparkan oleh penulis sebagai sebuah capaian politik luar negeri Indonesia.

Di artikel ketiga, peran aktor non-negara dibahas oleh Muhammad Rusydi DR melalui MTV International Network. Gagasan mengkampayekan bahaya HIV-AIDS menjadi isu kesehatan global dikelola sebagai bagian dari hak hidup dalam kerangka yang lebih luas yaitu tata kelola kesehatan global.

Artikel ke-empat mengenai framing media barat pada aksi 212 menjadi pembahasan oleh Tety Rachmawati. Deskripsi gerakan 212 oleh CNN dan Reuters menjadi fokus utama yang kemudian digambarkan sebagai pertentangan antara Barat dan Islam yang berakar pada konflik ideologi.

Yeyen Subandi di artikel ke-lima mengekplorasi gagasan sosialisme Islam Indonesia dengan mencermati perkembangan gerakan kiri. Artikel ini kemudian menawarkan pembacaan ulang atas sejarah dan peran sosialisme Islam Indonesia.

Jurnal edisi awal ini ditutup oleh artikel Dara Puspitasari mengenai peran Stiching Nederlandse Vrijwiligers (SNV) dalam penerapan Sustainable Sanitation and Hygiene for All (SSH4A) di Pringsewu, Lampung. Dengan mengeksplorasi peran SNV, universal sanitation menjadi bagian tidak terpisahkan dari program sustainable development goals.

Published: 2020-12-07