Vol. 6 No. 2 (2025): JHII Juni 2025

Edisi kali ini dimulai dari artikel yang ditulis oleh Adi Rio Arianto dan Gesti Anggraini dengan judul Proyeksi Keamanan Maritim Indonesia-Tiongkok untuk Memperkuat Poros Maritim Dunia: Kerjasama Strategis Sister Port Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Guangzhou. Melalui artikel ini penulis menyimpulkan bahwa Pelabuhan Tanjung Priok telah mengalami modernisasi melalui penerapan teknologi canggih di sektor kepelabuhanan. Inovasi ini berkontribusi signifikan dalam menurunkan biaya logistik serta meningkatkan efisiensi arus perdagangan global melalui jalur laut. Dalam konteks hubungan Indonesia–Tiongkok, kerja sama keamanan maritim diarahkan untuk mendukung implementasi Belt and Road Initiative serta memperkuat posisi Indonesia dalam mewujudkan visinya sebagai Poros Maritim Dunia.

Artikel berikutnya ditulis oleh Muhammad Zulfikar dan Sophiana Widiastutie dengan judul Peran Negara dalam Sekuritisasi Politik Identitas: Studi Komparatif Konflik Rohingya dan Palestina-Israel. Dalam tulisannya, penulis membahas peran negara dalam membentuk politik identitas yang berujung pada kekerasan, melalui studi kasus konflik Rohingya di Myanmar dan Palestina-Israel. Dengan pendekatan sekuritisasi dan politik identitas, ditemukan bahwa negara di kedua kasus menyematkan identitas minoritas sebagai ancaman keamanan guna membenarkan tindakan represif. Di Myanmar, narasi ancaman terhadap identitas Buddhis digunakan untuk menjustifikasi penindasan Rohingya. Sementara di Israel, identitas Yahudi negara dikedepankan untuk menyekuritisasi warga Palestina. Studi ini menyoroti bagaimana sekuritisasi identitas oleh negara dapat memicu kekerasan dan mengabaikan keamanan kelompok tertindas.

Masih sejalan dengan pembahasan konflik, pada artikel selanjutnya, Silvia Dwi Hartina, Y. A. Wahyuddin, dan Mahmuluddin membahas mengenai Strategi AIPAC (America-Israel Public Affairs Committee) dalam Kebijakan AS: Abraham Accrods. Artikel ini menelaah strategi AIPAC dalam memengaruhi kebijakan luar negeri AS terkait pengesahan Abraham Accords. Menggunakan teori kelompok kepentingan Gabriel Almond dan metode kualitatif deskriptif, penelitian ini menemukan tiga strategi utama AIPAC: melobi pembuat kebijakan, membentuk opini publik melalui media, serta berkoalisi dengan kelompok kristen evangelis. Ketiga strategi ini menunjukkan efektivitas AIPAC dalam memanfaatkan posisi strategisnya untuk mendorong kebijakan luar negeri AS.

Pembahasan mengenai Amerika Serikat masih berlanjut pada artikel selanjutnya yang ditulis oleh Larasati dengan judul Pergeseran Kebijakan Strategis AS-Tiongkok: Transisi Kekuasaan Era Biden ke Trump 2.0. Penelitian ini membahas transisi dari pemerintahan Biden ke Trump 2.0, dengan fokus pada perubahan hubungan AS–Tiongkok dan keberlanjutan kebijakan America First. Menggunakan teori perubahan kebijakan luar negeri dan model Hermann serta Allison, studi ini menilai pergeseran strategi ekonomi, perdagangan, dan keamanan. Hasilnya menunjukkan bahwa kembalinya Trump cenderung memperkuat unilateralisme dan rivalitas dengan Tiongkok, namun juga membuka peluang bagi tatanan hubungan internasional yang baru.

Artikel dengan tema konflik selanjutnya ditulis oleh Syuryansyah dan Ridha Amalia dengan judul Literature Study of Effort to Settlement the Russia-Ukraine Dispute According to International Law. Penelitian ini menganalisis penyelesaian sengketa Rusia–Ukraina dari perspektif hukum internasional menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif. Berdasarkan konsep Huala Adolf, penyelesaian diklasifikasikan menjadi cara damai dan non-damai. Hasilnya, berbagai mekanisme damai seperti negosiasi dan mediasi telah diupayakan, namun juga terjadi tindakan non-damai seperti perang dan intervensi. Hingga kini, solusi akhir belum tercapai.

Artikel keenam bertema diplomasi ditulis oleh Rara Gusnita dengan judul Diaspora Indonesia-Filipina sebagai Aktor Multi-Track Diplomacy dalam Diplomasi Ekonomi dan Perdagangan. Penelitian ini membahas peran Diaspora Indonesia-Filipina sebagai aktor multi-track diplomacy dalam mendorong diplomasi ekonomi dan perdagangan Indonesia–Filipina. Diaspora terbentuk akibat faktor historis, sosial, ekonomi, dan politik, seperti pengangguran, upah rendah, serta diskriminasi. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan data dari literatur, studi kasus, dan sumber resmi, untuk menilai kontribusi diaspora dalam meningkatkan ekspor-impor kedua negara.

Edisi kali ini ditutup dengan artikel yang ditulis oleh Roby Rakhmadi dengan judul Diplomasi Wayang Kulit Indonesia di Amerika Serikat. Studi ini membahas peran wayang kulit sebagai alat diplomasi budaya Indonesia di Amerika Serikat untuk memperkuat citra bangsa dan hubungan bilateral. Menggunakan metode kualitatif dengan data sekunder, penelitian menunjukkan bahwa wayang kulit menarik minat publik Amerika, terutama lewat kerja sama dengan institusi seni dan pendidikan. Tantangan utamanya adalah minimnya pemahaman dan promosi budaya lokal. Studi ini menawarkan strategi untuk memperkuat diplomasi budaya melalui seni tradisional.

 

 

 

 

 

 

Published: 2025-06-30